Saturday, August 9, 2014

Friday, August 8, 2014

Thursday, August 7, 2014

Tari Pejuang

Tari Pejuang adalah tari yang diciptakan Pak Ngali dalam menggambarkan para pejuang yang berjuang habis-habisan dengan senjata dan tameng yang dimilikinya.


Posted on by Machhendra Setyo Atmaja | No comments

Tari Batik



Pak Ngali juga berusaha menggarap iringan karawitan mungkus dalam rangka mengembangkan dan mengeksploisir kekuatan ricikan untuk membantu kekuatan rasa geraknya. Konsep ini oleh beliau dikembangkan secara kaya dan beragam dalam karya tari batiknya.
Posted on by Machhendra Setyo Atmaja | No comments

Wednesday, August 6, 2014

Tari Serimpi Manggala Retna (Garapan)



Menurut data yang ada tari Srimpen Manggala Retna disusun kurang lebih pada tahun 1973 (Suryani, 1992: 30). Adapun susunan tari Srimpen Manggala Retna secara garis besar dapat diperinci sebagai berikut:
Posted on by Machhendra Setyo Atmaja | No comments

Tari Prawiroguno


Karya tari pada zaman penjajahan mengalami kemunduran. Namun demikian, penderitaan rakyat akibat penjajahan dijadikan ide membuat karya tari bertemakan kepahlawanan, sebagai tari prawiroguno. Tari ini menggambarkan seorang prajurit yang sedang berlatih diri dengan perlengkapan senjata berupa pedang untuk menyerang musuh dan juga tameng sebagai alat untuk melindungi diri.
Posted on by Machhendra Setyo Atmaja | No comments

Karya Pak Ngali


Sebagai seorang seniman tari, Pak Ngali dikenal sangat produktif dari kurun waktu tahun 1954 sampai tahun 1987, tercatat ia telah menghasilkan karya dan garapan tari sebanyak tidak kurang dari 20 judul. Di mulai dari tahun 1954, dengan melahirkan ;
Posted on by Machhendra Setyo Atmaja | No comments

Sunday, August 3, 2014

Anak Putu

Pracimantoro 22/8/2012

Pak Ngali atau saya lebih pas memanggil Mbah Kakung, mempunyai delapan orang anak yang saat ini telah tersebar di Jawa Timur hingga Yogyakarta.. dari kedelapan anak tersebut, Pak Ngali juga telah dikaruniai beberapa orang cucu serta cicit yang InsyaAllah akan meneruskan perjuangan beliau menjaga seni tradisi jawa khususnya tari.
Posted on by Machhendra Setyo Atmaja | No comments

Supadi Ngaliman Condropangrawit



Biografi


Lahir di Solo, Jawa Tengah, 12 Maret 1919. Lulusan Konservatori Karawitan Indonesia di Solo pada tahun 1953 ini, mulai belajar menari dan belajar karawitan sejak kecil kira-kira berumur 10 tahun. Ketika itu ia belajar tari di Kampung Kemlayan, dengan di asuh oleh Bapak Sutijo Tejopangrawit, Bapak Noyodi Wignyosusastro, Bapak Suripto Wignyosuripto, Bapak Suhardiman Sinduatmojo, seorang guru tari di Habiproyo Surakarta bertempat tinggal di Kemlayan, Bapak Rm. Ngabei Atmohutoyo, seorang guru tari Kraton Surakarta di HBS (Himpunan Budaya Surakarta) Bapak Wignyohambekso.

Khusus untuktari Bedoyo Srimpi, ia berguru antara lain dengan Ibu Pamarditoyo Gajahan, Ibu Lomo Sekarang di Yogya, Ibu Darsosaputro di Kraton Surakarta. Sedangkan karawitan di pelajarinya di kampung Kemlayan dengan diasuh oleh Bapak Lurah Trunomulyo, Bapak Ngabei Purwopangrawit, dan lain-lain.


Penari yang pernah magang niyogo di Kraton Surakarta dan menjadi pengeprak Bedoyo Srimpi ini, memulai pengalaman menari sejak tahun 1935, baik menari sebagai penari maupun menari sebagai guru. Sebagai pengajar tari, ia melakoninya sejak tahun 1942-1989, antara lain dengan mengajar tari di perkumpulan/sanggar tari ndalem Mangkubumen Balowarti Solo, S.P.K. (Sekolah Pendidikan Kemasyarakatan), Kabupaten Karanganyar, beberapa sanggar tari di Surabaya, hampir setiap bulan, HSB (Himpunan Siswa Budaya) di Yogya, Ramayana Prambanan, Uril Surakarta, SMEA II Surakarta, SMA negeri V Surakarta, beberapa sanggar tari, seperti di Ratna Budaya, memberi penataran, Institut Kesenian Jakarta, Pusat Kesenian Jawa Tengah (PKJT), IKIP Surakarta, Belanda, Paris (Perancis), Amerika Serikat baik sanggar maupun Perguruan Tinggi.

Selain itu ia juga ikut serta dalam tugas penggalian tari klasik, yang diasuh oleh Bapak Wignyohambeksa, Ibu Lomo, Ibu Darsosaputro dengan di bawah bimbingan Gendon Humardani


Pengalaman mengajar karawitannya sendiri di mulai dari tahun 1953 sampai dengan 1970, yakni mengajar di HBS (Himpunan Budaya Surakarta), S.G.A. Muhamadiyah Surakarta, di Konservatori Karawitan Indonesia (setelah pensiun tahun 1956), serta di Sanggar Tari Argopurgo Semarang.

Sebagai seorang seniman tari, ia di kenal sangat produktif dari kurun waktu tahun 1954 sampai tahun 1987, tercatat ia telah menghasilkan karya dan garapan tari sebanyak tidak kurang dari 20 judul. Di mulai dari tahun 1954, dengan melahirkan ‘Tari Prawiroguno’, ‘Fragmen Sembodro Larung’, ‘Tari Kridowarastro’, ‘Drama Tari Keong Mas’, ‘Tari Batik’, ‘Tari Retno Tinanding’, ‘Sendra Tari Ramayana Episode Taman Soka’, ‘Tari Burung Ramayana Prambanan’, ‘Tari Mardi Siwi’, ‘Gambyong Campur Sari’, ‘Tari Kartini’, ‘Tari Panggayuh’, ‘Sendra Tari Djoko Tarub’, ‘Tari Pejuang’, ‘Tari Retno Ngayudo’,‘Sendra Tari Langen Sworo’, ‘Sendra Tari Rahwana Budha’, ‘Sendra Tari Ciptoning’, ‘Tari Yudhasmoro’, ‘Tari Memburu Kijang’, ‘Sendra Tari Kumbokarno Gugur’, (Festival Ramayana International Pandaan) ‘Tari Karno Tinanding’, ‘Tari Pamungkas’, ‘Tari Topeng’, ‘Panji Kembar’, ‘Srimpi’, ‘Gambir Sawit’,‘Srimpi Lagu Dempel’, ‘Srimpi Anglir Mendung’, dan ‘Srimpi Gondokusumo’.



Karya garapannya antara lain, Gambyong Pareanom, Srimpi Manggolo Retno, Sendra Tari Begawan Wisrowo, Sendra Tari Babat Wono Marto, Tari Wiro Pratomo, Tari Retnodumilah, Tari Gunungsari Topeng, Tari Bondan Tani dan pada tahun 1987 membuat gubahan Srimpi Ludiro Winangun serta menyusun kembali Koreografi Srimpi Anglir Mendung menjadi Bedoyo Anglir Mendung.

Pria yang pernah menjabat Lurah Miji Pengendeng ini pernah beberapa kali mendapatkan penghargaan. Di mulai dari tahun 1961, ia ketika itu mendapat tanda penghargaan dari Dewan Tourisme Indonesia dan Menteri Perhubungan Darat PTT. Berikutnya dari Menteri Perhubungan Darat Telekomunikasi dan Pariwisata dan Ketua Dewan Pariwisata. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Hongkong, Panitia Nasional Expo 1970 Osaka-Jepang. K.G.P.H. Hadiwijoyo M.Ta. Direktorat Pendidikan Kesenian Jakarta Ketua Pengurus Perkumpulan Kebudayaan dan Kesenian Ratna Budaya Jakarta. Duta Besar Republik Indonesia di Belanda serta penghargaan dari Gubernur Daerah Tingkat I Jawa Tengah pada 17 Agustus 1977.


Pengcapaian :

  • Penghargaan dari Dewan Tourisme Indonesia dan Menteri Perhubungan Darat PTT,
  • Penghargaan dari Menteri Perhubungan Darat Telekomunikasi dan Pariwisata dan Ketua Dewan Pariwisata,
  • Penghargaan dari Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Hongkong,
  • Penghargaan dari Panitia Nasional Expo 1970 Osaka-Jepang,
  • Penghargaan dari K.G.P.H. Hadiwijoyo M.Ta,
  • Penghargaan dari Direktorat Pendidikan Kesenian Jakarta Ketua Pengurus Perkumpulan Kebudayaan dan
  • Kesenian Ratna Budaya Jakarta,
  • Penghargaan dari Duta Besar Republik Indonesia di Belanda,
  • Penghargaan dari Gubernur Daerah Tingkat I Jawa Tengah (17 Agustus 1977)


*sumber: http://www.tamanismailmarzuki.co.id/tokoh/condropengrawit.html

Posted on by Machhendra Setyo Atmaja | No comments